Widihh kembali lagi kita.. kayanya kita gak perlu intro panjang-panjang ygy.. haha langsung aja kita mulai..
Aku mau lanjutkan pembahasaan tentang tulisanku yang kemarin. mungkin ada kawan-kawan di sini yang baru belum sempat membaca tulisan aku sebelumnya yang berjudul Masyarakat VS IKN bisa dibaca dulu… nahh kali ini aku akan masih membahas tentang dunia per-komenan di media sosial..
Alangkah baiknya kita mengkritisi dahulu sesuatu hal yang ingin kita komentari, apalagi di media sosial yang pasti komenan kita tersebut akan dilihat jutaan pasang mata. Bolehlahh kalau ada yang mengingatkan kita tentang komenan tersebut, tapi bagaimana kalau ternyata banyak orang-orang yang hanya menelan mentah-mentah apa yang telah kita katakan di kolom komen tersebut ? haha sesat berjamaah..
Jadi beberapa hari yang lalu aku lihat salah satu kerabat ku posting sesuatu, haha kerabat gak tuh.. nahh di postingannya itu menunjukan ada seorang siswa yang bisa dikatakan “kurang puas” dengan sistem pendidikan di Indonesia. Seperti ini jarnya cuy..
Haha bagaimana menurut kalian gess ? karena kebetulan aku juga salah satu orang yang sedang berkelana di dalam dunia pendidikan. Kalimat anak tersebut menggerakkan hati kecilku.. tidak bermaksud menggurui kawan-kawan disini, aku disini murni hanya mengeluarkan opini.. tidak ada yang salah dari kalimat anak tersebut karena itu opini dia dan akan ku balas dengan opini juga..
jadi begini ygy.. Indonesia ini sifat pendidikannya "tahu sedikit tentang banyak hal" kenapa aku bilang seperti itu ? karena negara kita menganut nilai pancasila yang bhineka tunggal ika (kaya dengan aneka ragam suku, budaya dan agama). Oleh karena itu diwajibkan untuk anak didik mengetahui banyak hal sampai cukup waktunya. Anak didik diberikan kebebasan untuk mengembangkan skill atau potensinya masing masing setelah mereka dirasa cukup "mempelajari banyak hal" dari SD kelas 1 sampai SMP kelas 3 yang kurang lebih 9 tahun lamanya, makannya di Sekolah Menengah Atasnya ada sekolah kejuruan, atau sekolah sekolah yang memiliki jurusan IPA, IPS, Bahasa, dan Agama. Itu sebenarnya sebagai fasilitas untuk anak didik ini mengembangkan skill sesuai dengan potensi yang mereka miliki. Yang setelah itu bisa lebih mereka kembangkan dengan masuk Sekolah Tinggi, Institut atau bahkan Universitas yang menyediakan jurusan juruan keilmuan yang sejalan dengan minat mereka.
Tentu saja pernyataan diatas muncul setelah aku mempelajari tentang pengembangan kurikulum, perbandingan pendidikan antar negara, landasan pendidikan, filsafat pendidikan dan lain-lain. Tapi sayangnya terkadang anak didik di Indonesia ini tidak menyadari hal itu. Kenapa ? yaa karena kebanyakan dari mereka ketika lulus sekolah menengah pertama hanya ikut-ikutan teman masuk ke sekolah berikutnya, kawannya masuk SMA ikut juga masuk SMA karena keren, kawan masuk SMK ikut juga masuk SMK, yang lebih parah ada juga yang ikut-ikutan pacar haha.. setelah lulus SMA ikut-ikutan teman masuk kampus A ambil jurusan B, semester 3 merasa salah ambil jurusan otak tidak kuat, ngulang lagi pindah ke jurusan C, masih merasa tidak kuat akhirnya cuti sampai berhenti. haha bayangkan tuh berapa tahun terbuang sia-sia hanya karna ikut-ikutan teman.. padahal kalau mereka mau fokus ngembangkan potensinya dari lulus SMP sampai lulus kuliah mereka pasti jadi orang profesional di bidangnya..
Sedikit cerita ygy.. dulu aku suka tanyain anak-anak yang baru lulus sekolah mengengah pertama, “apa cita-cita kamu?” rata-rata jawaban mereka “tidak tahu atau belum ada” anjayy macam mana mau mengembangkan potensi.. dan saat aku tanya lagi “apa alasan kamu masuk sekolah ini ?” jawabannya.. “ikut teman”, “disuruh bapak”, “gak tau kenapa” dan parahnya ada yang jawab “ikut dia” (sambil nunjuk cewe yang duduk di bangku paling depan). haha cinta tak selamanya indah deck..
Lanjut.. kalau memang sistem pendidikan di Indonesia ini “salah”, kenapa sampai sekarang tidak dirubah ? tentu mereka (orang-orang di Kemendikbud) itu sudah mengkaji hal ini dari dulu.. di sana banyak orang-orang pintar cuy, kumpulannya profesor di bidang pendidikan. kembali lagi ke pertanyaan “kenapa sampai sekarang tidak dirubah ?” yaa karena itu sudah yang terbaik untuk anak-anak penerus Bangsa Indonesia yang bhineka tunggal ika ini..
Kalau ada yang bilang "masalah sekolah itu ada di gurunya, banyak guru yang tidak kreatif dan tidak inovatif dalam pembelajaran, terkesan monotan dalam proses belajar mengajar". Nahh ini lagi, sikap yang diambil pemerintahan saat ini sudah sangat benar dengan perlahan mewajibkan guru guru yang akan terjun mengajar harus profesional di bidang pengajaran atau wajib mengambil program PPG (Pendidikan Profesi Guru) dulu.
Yaa begitulahh opini saya, kalau kalian kurang setuju boleh komen di bawah ygy.. nanti kita ketemu di tulisanku berikutnya. Jangan malas membaca.. bye.
Komentar
Posting Komentar